MAKALAH SEJARAH PEMINATAN - PERKEMBANGAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
SEJARAH
PEMINATAN
PERKEMBANGAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
DISUSUN
OLEH :
1.
DILLA NOVRIANDINI
2.
ERIKA NOVIANA DEWI
3.
FARAH NADIYA
4.
FRISKANTI JANUARTI
5.
INAYAH SUNDARI
6.
MALWA ANGGRAINI
7.
NADIA AURELLIA PUTRI
XII
IPS 1
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga dan sahabatnya. Berkat kehendak-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah yang membahas tentang “PERKEMBANGAN POLITIK PADA MASA
DEMOKRASI LIBERAL”. Makalah ini berupa salah satu tugas bidang studi Sejarah
Indonesia kelas XII semester 1.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan dukungan, dorogan, bimbingan, dan arahan kepada
penyusun. Terutama kepada guru bidang studi Sejarah Indonesia kami.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.....................................................................1
Daftar
Isi...............................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................3
B. Pokok Permasalahan.....................................................3
BAB 2
PEMBAHASAN..................................................................4
BAB 3
PENUTUP.........................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
2
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
sampai dengan tahun 1950-an telah
menjalankan dua sistem pemerintahan yang berbeda, yaitu sistem presidensial dan
sistem parlementer. Tidak sampai satu tahun setelah kemerdekaan, sistem
pemerintahan presidensial digantikan dengan sistem pemerintahan parlementer.
Hal ini ditandai dengan pembentukan kabinet parlementer pertama pada November
1945 dengan Syahrir sebagai perdana menteri. Sejak saat itulah jatuh bangun
kabinet pemerintahan di Indonesia terjadi. Namun pelaksanaan sistem parlementer
ini tidak diikuti dengan perubahan UUD. Baru pada masa Republik Indonesia
Serikat pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh Konstitusi, yaitu
Konstitusi RIS. Begitu juga pada masa Demokrasi Liberal, pelaksanaan sistem
parlementer dilandasi oleh UUD Sementara 1950 atau dikenal dengan Konstitusi
Liberal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan politik di
Indonesia pada masa demokrasi liberal?
3
BAB
2
PEMBAHASAN
Ketika
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, UUD yang digunakan sebagai landasan
hukum Republik Indonesia bukan kembali UUD 1945, sebagaimana yang ditetapkan
oleh PPKI pada awal kemerdekaan, namun menggunakan UUD Sementara 1950. Sistem
pemerintahan negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer.
Artinya Kabinet disusun menurut perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen
dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam parlemen.
Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja. Hal ini dinamakan pula
Demokrasi Liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal.
Salah satu ciri
yang nampak dalam masa ini adalah kerap kali terjadi penggantian kabinet.
Mengapa sering kali terjadi pergantian kabinet? Hal ini terutama disebabkan
adanya perbedaan kepentingan diantara partai-partai yang ada. Perbedaan
diantara partai-partai tersebut tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik
sehingga dari tahun 1950 sampai tahun 1959 terjadi silih berganti kabinet mulai
Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951; Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952;
Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953; Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955;
Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 1955-1956; Kabinet Ali Sastroamijoyo II
(PNI) 1956-1957 dan Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet) 1957-1959.
Kabinet-kabinet
tersebut pada umumnya memiliki program yang tujuannya sama, yaitu masalah
keamanan, kemakmuran dan masalah Irian Barat (saat ini Papua Barat). Namun
setiap kabinet memiliki penekanan masing-masing, kabinet yang dipimpin Masyumi
menekankan pentingnya penyempurnaan pimpinan TNI, sedangkan kabinet yang
dipimpin oleh PNI sering menekankan pada masalah hubungan luar negeri yang
menguntungkan perjuangan pembebasan Irian Barat dan pemerintahan dalam negeri.
4
Pada tanggal 22
Agustus 1950 Presiden Sukarno mengangkat Muhammad Natsir dari Masyumi sebagai
formatur kabinet. Lima belas hari kemudian cabinet berhasil dibentuk dengan
nama Kabinet Natsir. Program kerja
Kabinet Natsir, antara lain:
1)
mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu Konstituante dalam waktu singkat
2) menggiatkan
usaha mencapai keamanan dan ketentraman
3)
memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Salah satu
keberhasilan Kabinet Natsir adalah diterimanya Indonesia sebagai anggota PBB
yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950. Akhirnya Kabinet Natsir jatuh,
karena mosi Hadikusumo dari PNI tentang pembekuan dan pembubaran DPRD
Sementara.
Dengan jatuhnya
Kabinet Natsir, Presiden Sukarno menunjuk Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dari Masyumi
dan Dr. Suwiryo dari PNI untuk membentuk kabinet. Atas usaha dua orang formatur
ini terbentuklah kabinet yang diberi nama Kabinet Sukiman dengan perdana
menteri Dr. Sukiman dan wakil perdana menteri Dr. Suwiryo.
Program kerja kabinet Sukiman antara lain:
1) menjalankan
tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan
ketentraman
2) mempercepat
usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan pembangunan
5
3)
menyelesaikan persiapan pemilihan umum Konstituante.
4) menjalankan
politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian
5) memasukkan
Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Kabinet Sukiman
jatuh, karena ditandatanganinya kerja sama keamanan Indonesia - Amerika Serikat
berdasarkan Mutual Security Aids (MSA).
Kabinet Wilopo dibentuk pada 3
April 1952 – 30 Juli 1953 merupakan koalisi dengan tulang punggung PNI, PSI,
dan Masyumi Natsir. Program kabinet Wilopo antara lain seperti berikut.
1) Bidang
pendidikan dan pengajaran adalah mempercepat usaha perbaikan untuk pembaharuan
pendidikan dan pengajaran.
2) Bidang
perburuhan adalah melengkapi undangundang perburuhan.
3) Bidang
keamanan adalah menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara.
4) Bidang luar
negeri adalah meneruskan perjuangan merebut Irian Barat.
Kabinet Wilopo
jatuh karena Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatra Utara yang ditunggangi oleh PKI
yang berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk
pada tanggal 30 Juli 1953. Program kerja cabinet Ali-Wongso-Arifin adalah
sebagai berikut.
1) Bidang dalam
negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan keuangan, organisasi
negara, serta perburuhan.
2) Bidang Irian
Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan wilayah RI.
6
3) Bidang
politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif, peninjauan
kembali tentang hasil KMB.
Keberhasilan
Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan Konferensi
Asia Afrika di Bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf
Angkatan Darat yang dikenal dengan “Peristiwa 27 Juni 1955”, beberapa anggota
parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.
Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk
pada tanggal 11 Agustus 1955. Program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap antara
lain:
1)
mengembalikan kewibawaan moral pemerintah
2) melaksanakan
pemilihan umum
3) memberantas
korupsi
4) meneruskan
perjuangan merebut kembali irian Barat.
Keberhasilan
Kabinet Burhanuddin Harapan adalah dapat menyelenggarakan pemilu pertama sejak
Indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi di DPR
diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan
diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno, untuk dibentuk kabinet
baru berdasarkan hasil pemil
Kabinet Ali II dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956. Program kerja Kabinet Ali II,
antara lain:
1) pembatalan
hasil KMB
2) meneruskan
perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas Irian Barat dan
membentuk Provinsi Irian Barat
3) bidang dalam
negeri, meliputi : memulihkan keamanan, memperbaiki perekonomian dan keuangan,
memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem perbuuruhan, memperluas dan
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
7
4) bidang luar
negeri, meliputi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan meneruskan
kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika.
Keberhasilan
Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk Provinsi Irian Barat
yang beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi Garuda I ke
Mesir. Sebab-sebab kejatuhan Kabinet Ali II.
1) Timbulnya
pemberontakan di berbagai daerah
2) Adanya
Konsepsi Presiden 21 Februari 1957
3) Adanya
keretakan dalam tubuh kabinet, hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya satu
per satu anggota kabinet.
Kabinet Juanda atau Kabinet
Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957 dengan program kerja:
1) membentuk
Dewan Nasional
2) normalisasi
keadaan Republik Indonesia
3) melanjutkan
pembatalan KMB
4)
memperjuangkan Irian Barat
5) mempercepat
pembangunan.
Salah satu
keberhasilan Kabinet Karya yaitu pada tanggal 18 November 1957 mengadakan rapat
umum pembebasan Irian Barat di Jakarta. Rapat ini diikuti dengan
tindakan-tindakan pemogokan kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan
Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
mengeluarkan dekrit, berarti negara kita kembali ke UUD 1945 dan UUDS 1950
tidak berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti, sehari kemudian
Ir. Juanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno.
8
Partai politik
merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan
kekuasaan.Paska proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya
lembaga parlemen yang berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat
UUD 1945. Keberadaan parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari
kebutuhan adanya perangkat organisasi politik, yaitu partai politik.
Sistem
kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi partai.
Pembentukan partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar memudahkan dalam
mengontrol perjuangan lebih lanjut. Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan
partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur kekuatan perjuangan
kita dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin
barisan perjuangan. Walaupun pada kenyataannya partai-partai politik tersebut
cenderung untuk memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan
nasional. Partai-partai politik yang ada saling bersaing, saling mencari
kesalahan dan saling menjatuhkan. Partai-partai politik yang tidak memegang
jabatan dalam kabinet dan tidak memegang peranan penting dalam parlemen sering
melakukan oposisi yang kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik
yang memerintah. Hal inilah yang menyebabkan pada era ini sering terjadi
pergantian kabinet, kabinet tidak berumur panjang sehingga program-programnya
tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang menyebabkan terjadinya
instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial ekonomi dan
keamanan.Kondisi inilah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk
membangun kehidupan politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari
sistem demokrasi liberal menuju demokrasi terpimpin.
9
Komentar
Posting Komentar